Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Nasional

Empat Jam Bersama Jurnalis, Prabowo dan Isyarat Baru untuk Kebebasan Pers

42
×

Empat Jam Bersama Jurnalis, Prabowo dan Isyarat Baru untuk Kebebasan Pers

Share this article
Example 468x60

Oleh | Redaksi TifaPapua.net

TifaPapua.net || Di tengah arus kekhawatiran publik atas merosotnya kebebasan pers,satu peristiwa akhir pekan lalu memberi sinyal berbeda.

Example 300x600

Baca Juga : Hasil Reses DPRK Raja Ampat : Masyarakat Minta Perbaikan Jalan, Jembatan,dan Bantuan Alat Tangkap Ikan

Presiden terpilih Prabowo Subianto mengundang tujuh jurnalis senior dari berbagai media nasional ke kediamannya di Hambalang,Bogor.

Yang mengejutkan,wawancara itu berlangsung selama empat jam—tanpa skrip,tanpa batasan topik,dan semuanya on the record.

Wakil Ketua Umum PKB,Jazilul Fawaid,menyebut momen itu sebagai “angin segar bagi demokrasi Indonesia”

"Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid mengenakan jas hijau sedang memberikan pernyataan kepada awak media di Gedung DPR RI."
Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid memberikan keterangan kepada media terkait wawancara Presiden terpilih Prabowo Subianto dengan tujuh jurnalis senior.Jazilul menyebut momen tersebut sebagai angin segar bagi kebebasan pers di Indonesia.

Dalam pernyataannya yang dikutip media nasional,ia tak hanya mengapresiasi langkah Prabowo,tetapi juga menggarisbawahi pentingnya momen tersebut sebagai peringatan keras bagi siapa pun yang masih berani menekan dan mengintimidasi insan pers.

“Ini peringatan kepada pihak-pihak yang masih melakukan ancaman dan kekerasan kepada insan pers dan media untuk menghentikan aksinya,”tegas Jazilul,Senin (7/4/2025).

Wawancara empat jam itu bukan hanya mencatat rekor dalam durasi,tetapi juga membuka ruang bagi publik untuk melihat bagaimana Prabowo,sebagai presiden terpilih,menempatkan media dalam kerangka demokrasi.

Isu yang dibahas tidak main-main: mulai dari UU TNI,ketahanan ekonomi,sampai jebloknya IHSG.

Semuanya dijawab Prabowo secara terbuka di hadapan para pemimpin redaksi seperti Najwa Shihab (Narasi),Uni Lubis (IDN Times),hingga Sutta Dharmasaputra (Kompas).

Bagi banyak jurnalis,sesi seperti ini adalah mimpi yang jarang jadi nyata : presiden berbicara tanpa batas,tanpa sensor,dan membuka diri terhadap kritik.

Sayangnya,di balik euforia kebebasan yang dipancarkan dari Hambalang,realitas di lapangan jauh dari ideal.Dalam beberapa waktu terakhir,kekerasan terhadap jurnalis meningkat.

Ada laporan pengiriman kepala babi,tikus mati,hingga ancaman fisik yang membayangi ruang redaksi.

Jazilul tak tinggal diam.Ia mendorong agar aparat segera menelisik dan mengusut tuntas semua bentuk teror terhadap media.

“Jangan ada teror kepada media. Pak Prabowo memberi contoh nyata bahwa ia menghormati media.Ini harus diikuti oleh seluruh jajaran dan masyarakat,”ujarnya.

Pertanyaannya,apakah ini hanya simbol politik menjelang pelantikan, atau benar-benar komitmen awal dari seorang kepala negara yang akan membangun demokrasi dengan pers sebagai pilar utamanya?

Banyak pihak berharap,ini bukan sekadar gesture politik.Sebab demokrasi bukan dibangun dari satu wawancara maraton,tetapi dari bagaimana negara menjamin kerja jurnalistik yang bebas,aman,dan bertanggung jawab.

Jika ada satu pesan kuat dari kediaman Prabowo hari Minggu lalu,itu adalah bahwa ruang diskusi dan kritik masih mungkin hidup di republik ini.

Artikel Terlait : Pakar Nilai Wawancara Prabowo dan Jurnalis Senior Cerminkan Kebebasan Pers

Dengan catatan: negara tidak hanya menjadi pendengar yang baik,tetapi juga pelindung yang tegas bagi kebebasan berekspresi.

Karena dalam demokrasi,suara jurnalis bukan sekadar laporan—ia adalah nyawa dari kebenaran publik.**

Example 300250
Example 120x600