Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
NasionalTeknologi

Ketua Umum JMSI: Kerjasama Selatan-Selatan Jangan Mengulang Pola Kolonialisme

41
×

Ketua Umum JMSI: Kerjasama Selatan-Selatan Jangan Mengulang Pola Kolonialisme

Share this article
Ketua Umum JMSI: Kerjasama Selatan-Selatan Jangan Mengulang Pola Kolonialisme
Ketua Umum JMSI: Kerjasama Selatan-Selatan Jangan Mengulang Pola Kolonialisme
Example 468x60

Ketua Umum JMSI: Kerjasama Selatan-Selatan Jangan Mengulang Pola Kolonialisme :

Ketua Umum JMSI Tekankan Pentingnya Peran Indonesia dalam Kerjasama Selatan-Selatan di Forum Wartawan Belt and Road

Example 300x600

CHONGQING,TifaPapua.net || Ketua Umum JMSI: Kerjasama Selatan-Selatan Jangan Mengulang Pola Kolonialisme : Perusahaan media dan wartawan profesional diharapkan memberikan perhatian yang serius terhadap kerangka”Kerjasama Selatan-Selatan”yang mencakup berbagai bidang, dengan harapan dapat meningkatkan kapasitas dan kemandirian negara-negara berkembang.

Baca Juga : Satika Simamora – Sarlandy : Politik Kasih ‘Hu Haholongi Do Ho’ Jadi Kunci Menang Pilkada

Pernyataan ini disampaikan oleh Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI),Teguh Santosa,dalam seminar bertajuk “Tanggung Jawab Pers dalam Kerjasama Selatan-Selatan.”Seminar ini merupakan bagian dari Belt and Road Journalists Forum (BRJF) 2024 yang berlangsung di Chongqing,Republik Rakyat China (RRC),pada Jumat petang (30/8).

Acara tahunan yang diselenggarakan oleh All China Journalist Association (ACJA) ini dihadiri oleh lebih dari 100 wartawan dari berbagai negara.Forum BRJF pertama kali diadakan pada tahun 2017 bersamaan dengan pembentukan Belt and Road Journalist Network (BRJN) oleh 30 pemimpin organisasi wartawan dari seluruh dunia,termasuk Indonesia.

Teguh, yang juga merupakan dosen jurusan Hubungan Internasional di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, menjelaskan bahwa istilah”Selatan”mengacu pada negara-negara yang memiliki sejarah penindasan politik,sosial,dan ekonomi oleh kekuatan kolonial di masa lalu.Istilah ini memiliki makna ideologis yang mendukung kelahiran negara-negara baru pasca Perang Dunia Kedua, terutama di Asia dan Afrika.

“Kerjasama Selatan-Selatan” merujuk pada hubungan di antara negara-negara yang mengalami kolonialisme tersebut.Jika hubungan sebelumnya dengan kolonialisme menciptakan ketimpangan dan kemiskinan,maka diharapkan kerjasama antara negara-negara yang memiliki sejarah serupa dapat menjadi solusi untuk meningkatkan taraf hidup warganya masing-masing.

Pertukaran dan perdagangan sumber daya, teknologi, dan pengetahuan di antara negara-negara Selatan merupakan alternatif, bahkan antitesis,dalam proses pembangunan.

Teguh juga menyatakan bahwa Indonesia memiliki peran penting dalam melahirkan konsep Kerjasama Selatan-Selatan.Keinginan untuk membebaskan diri dari belenggu kolonialisme menjadi tema utama yang diusung oleh para pendiri negara-negara baru dalam Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955.

Artikel : Terkait

Konferensi Asia-Afrika,lanjut Teguh,melahirkan prinsip”peaceful coexistence”atau”hidup berdampingan secara damai,”yang berarti bahwa keberadaan setiap negara diharapkan menjadi faktor yang mendukung negara lain,bukan mengulang pola kolonialisme.

Oleh karena itu,”Kerjasama Selatan-Selatan”memiliki beberapa prinsip yang harus dihormati dan dijaga bersama,yaitu saling menghormati kedaulatan, membangun kemitraan yang setara,mencapai manfaat yang sama,serta tidak melakukan intervensi.

“Jika kita kembali pada topik tanggung jawab media dan pers dalam kerangka Kerjasama Selatan-Selatan,menjadi jelas bahwa tugas kita adalah mendidik anggota organisasi kita, baik perusahaan media maupun jurnalis profesional,agar memiliki perspektif yang positif dan konstruktif terhadap isu besar ini,”ujar Teguh Santosa.

Inisiatif dan Model China

Dalam kesempatan tersebut,Teguh juga mengajak seluruh peserta BRJF 2024 untuk mengucapkan terima kasih kepada All China Journalist Association (ACJA) yang dalam beberapa tahun terakhir telah mengambil inisiatif untuk menjadi platform bagi media dan wartawan dunia dalam membahas praktik media dan pers terkait kerjasama antarnegara.

Baca Juga : Tuntutan masa didepan Kantor Golkar,Desak DPP Batalkan B1KWK kepada Bernard Sagrim

Selain itu,Teguh menambahkan bahwa”keajaiban”pembangunan China dalam beberapa dekade terakhir telah menjadi inspirasi. China, dengan pembangunan yang berlandaskan pada karakter budayanya yang unik, dapat menjadi model alternatif untuk mengejar ketertinggalan pembangunan.

“Kita perlu memanfaatkan platform dan jaringan ini semaksimal mungkin,sehingga pembangunan sejati benar-benar dapat terwujud di Global South,”demikian Teguh Santosa.(*)

Example 300250
Example 120x600