Sorong,TifaPapua || Minimnya pembangunan infrastruktur dan terbatasnya permintaan pasar menjadi kendala utama yang mengancam kelangsungan usaha kayu olahan di Papua Barat Daya.
Baca Juga Arikel TifaPapua.net Menarik Lainnya Disini :
Kayu Ilegal Lancar,Oknum Aparat Diduga Jadi Bekingan
Investigasi Wartawan Bongkar Sindikat Kejahatan Pengusaha Kayu Olahan di Sorong
Hal ini berdampak langsung pada modal yang dimiliki pengusaha kayu lokal,yang semakin tergerus akibat rendahnya volume pesanan kayu.”ungkap salah seorang pengusaha dalam bincang-bincang kepada awak media,kediamannya di Aimas,kabupaten Sorong Senin (31/03).
Dalam beberapa bulan terakhir,pengusaha makanan kayu di Papua Barat Daya mengeluhkan penurunan tajam dalam jumlah pesanan dari industri konstruksi maupun pengolahan kayu untuk ekspor.
Minimnya pembangunan infrastruktur di daerah ini, seperti jalan dan fasilitas pelabuhan, menghambat distribusi produk kayu olahan.
Selain itu, berkurangnya proyek-proyek pembangunan yang membutuhkan pasokan kayu mengurangi permintaan dari pasar lokal maupun nasional.
Para pengusaha kayu olahan, terutama yang mengandalkan pesanan dari sektor konstruksi dan manufaktur,merasakan dampak terbesar.
Mereka kesulitan mendapatkan modal yang cukup karena produksi yang menurun secara drastis, sementara biaya operasional seperti pembelian bahan baku dan upah pekerja tetap tinggi.
Dampak penurunan pesanan mulai terlihat sejak akhir tahun 2024, seiring dengan berkurangnya proyek-proyek pembangunan yang berjalan di wilayah Papua Barat Daya.
Pada awal tahun 2025, kondisi ini semakin memburuk, mengakibatkan penurunan pendapatan yang signifikan bagi pengusaha kayu olahan.
Kondisi ini terutama dirasakan di Sorong dan daerah sekitar yang menjadi pusat pengolahan kayu di Papua Barat Daya.
Beberapa pengusaha kayu lokal yang telah beroperasi bertahun-tahun kini mulai merasakan kesulitan dalam mempertahankan usaha mereka akibat rendahnya volume pesanan.
Minimnya pembangunan infrastruktur di Papua Barat Daya menjadi faktor utama yang mempengaruhi rendahnya permintaan terhadap makanan berbahan kayu. Kurangnya aksesibilitas transportasi menyebabkan harga kayu menjadi lebih mahal dan sulit dijangkau oleh proyek-proyek besar.
Selain itu,kebijakan efisien anggaran yang membatasi pembangunan infrastruktur semakin mengurangi kondisi pasar.
Sebagian pengusaha mulai mencari cara untuk mengurangi biaya operasional,seperti dengan mengurangi jumlah karyawan dan mengoptimalkan penggunaan mesin produksi.
Arikel Terkait : Kadis LHKP Papua Barat Daya Sidak Industri Kayu di Sorong, Siap Tindak Tegas Pengusaha Nakal
Namun,upaya ini belum cukup untuk mengatasi dampak signifikan dari menurunnya permintaan.
Para pengusaha berharap agar pemerintah dapat mempercepat pembangunan infrastruktur dan memberikan insentif kepada industri kayu olahan,terutama untuk mendukung kelangsungan usaha di tengah tantangan ekonomi yang berat ini .( Res )